Rock Punya Jalan Sendiri

GENRE musik rock tak pernah padam. Di saat industri musik lesu, musik genre ini tetap bertahan. Aliran musik keras tak lagi mengandalkan penjualan album, melainkan lewat tur.Agak sulit merasakan semangat musik rock saat ini. Penggemar musik rock harus membongkar lagi koleksi kaset atau CD untuk mendengarkan musik favorit mereka. Pasalnya, tak lagi gampang menemukan tembang rock baru, apalagi dari grup band rock yang baru pula.Alasannya, tak lain adalah lesunya industri musik. Umumnya, perusahaan rekaman saat ini tidak bisa lagi mendapat keuntungan dari penjualan CD atau kaset artis-artisnya. Paling mungkin adalah mendapat kompensasi dari larisnya jumlah ring back tone si artis tersebut.
Akibatnya, perusahaan rekaman bukan hanya semakin selektif mengambil artis, juga mengubah kebijakan untuk mengambil artis yang akan dijual. Imbas bagi orang banyak adalah kehilangan pilihan musik yang bisa didengar.Tidak perlu mengeluh kalau setiap hari yang terdengar adalah musik pop rock dengan nada-nada Melayu, ditambah lirik cinta seadanya serta kemampuan musik pas-pasan. Begitu pula harapan untuk bisa mendapatkan musik energik, keras, dan bertenaga yang dimiliki genre rock. Indonesia yang pernah memiliki AKA, Godbless, Edane, Power Metal, Jamrud, Boomerang, maupun /rif, kini sulit menemukan lanjutannya.

Media televisi ataupun radio, seperti kehabisan ruang untuk genre musik yang sebenarnya memiliki pangsa besar dan loyal tersebut. Menyadari sulit mendapat tempat di lahan tersebut, mereka pun mencari alternatif media lain.

Salah satu yang populer digunakan tentu saja media maya atau internet.Melalui media ini, kreativitas mereka bisa terus terasah. Namun yang pasti, pilihan bukan dari jalur umum, melainkan melalui gerakan bawah tanah atau disebut juga indie."Rock sebenarnya tidak pernah tersisihkan. Namun, medialah yang membuat genre ini seolaholah hilang. Kenyataannya, kita masih mendapat respons baik di jalur yang kami buat sendiri," ujar vokalis sekaligus pentolan band Seringai, Arian.Contoh paling konkret adalah bagaimana lagu terbaru Seringai, Mengibarkan Perang, laris manis diunduh para pencintanya melalui situs myspace.com. lagu tersebut diunduh oleh lebih dari 7.000 orang."Selain itu mereka juga menanyakan, kapan Seringai akan meluncurkan full albumnya," ujar Arian. Mereka juga sangat peduli dengan bentuk-bentuk fisik yang dikeluarkan band tersebut. Penjualan merchandise tersebut, juga menjadi salah satu pemasukan yang lumayan bagi musisi rock. Penjualan merchandise bisa memberi kontribusi hingga 40%. Vokalis Koil, Otong, justru menilai kekuatan massa serta fanatisme penggemar musik rock memberi positioning yang lebih kuat bagi genre ini.Menurut dia, sejak awal rock memang berjalan di bawah permukaan. Rock menurutnya, justru berjalan dengan jalurnya sendiri, dan tidak terganggu kondisi apa pun. Karena itu, kondisi jatuhnya industri rekaman di seluruh dunia, termasuk Indonesia, tidak memiliki dampak bagi perkembangan musik mereka.Koil bahkan secara terang-terangan menggratiskan album terakhir mereka, "Blacklight Shines On", kepada orang banyak. "Kalangan industri menyadari kematian industrinya baru dua tahun ini. Saya sudah lama sadar bagaimana industri ini mendekati ajalnya. Itu sebabnya, kita tidak mengandalkan penjualan CD atau kaset," katanya.Dengan pengelolaan yang sangat baik, merchandise menjadi kontributor terbesar pendapatan untuk band. Penjualan ini, menurut Otong, memberi kontribusi hingga 60%. Sementara omzet penjualan merchandise, menurutnya kurang lebih Rp2 miliar dalam setahun.Selain merchandise, show tentu menjadi pemasukan lainnya bagi band. Pada awal 2009 ini mereka telah melakukan tur ke 16 tempat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Show kemungkinan akan mereka lanjutkan ke wilayah Sumatera usai pemilu. Promotor sekaligus produser, Adrie Subono, juga beryakinan bahwa rock bisa menemukan tempatnya di industri.

Dalam industri utama, rock memang tidak pernah memiliki tempat yang kuat. Kalaupun ada hanya beberapa, dan umumnya musik rock yang ditawarkan cenderung ngepop."Rock memang terpinggirkan dari industri. Namun, musik itu sendiri tidak akan pernah mati. Rock itu abadi. Ada saatnya nanti, genre ini bisa menemukan tempatnya," kata Adrie.Dia pun menuturkan, industri musik memang anjlok. Kalangan industri juga tidak bisa lagi mengandalkan jalur penjualan CD ataupun kaset. Ini menjadi masalah besar bagi seluruh jenis musik yang ada."Di luar,mereka sudah lama tidak lagi mengandalkan penjualan. Mereka mengakali pemasukan melalui tur-tur keliling dunia," ucap Adrie.Kondisi tersebut, menurut Adrie, sudah lebih dahulu dialami musik rock. Karena itu, anjloknya industri jauh lebih tenang dihadapi genre ini. Seperti juga apa yang dikatakan Otong, musisi rock bisa lebih survive dengan kondisi tersebut."Tinggal bagaimana pengelolaannya," katanya.Adrie memaparkan, bagaimana selama dua tahun terakhir, JAVA Musikindo kedatangan banyak musisi rock mancanegara. Nama-nama seperti Avenged Sevenfold, Bullet for My Valentine, Incubus maupun Muse, silih berganti unjuk kemampuan di Jakarta. Hasilnya, konser- konser tersebut justru yang mendatangkan banyak keuntungan.

Selain itu, menurut dia, musisi rock yang memiliki kemampuan serta karya-karya bagus, akan tetap eksis. Dia lantas mencontohkan bagaimana eksistensi Slank yang cukup baik. Lihat bagaimana Netral yang juga tetap memiliki kekuatan untuk mengaum, meskipun musik mereka tidak mendapat tempat di perusahaan rekaman besar. Berjuang di label sendiri, Kancut Record sejak 2004. Meski tidak ngetop-ngetop amat, Band yang terbentuk tahun 1992 ini tetap ada. (jri)

Sumber : okezone

Comments